Lampu Jalan 5G Mungkin Menyebabkan Penyakit Misterius

2 Agustus 2019

Serangga menyukainya, bahkan pengguna jalan pun menyukainya. Tentu saja kami sedang membahas tentang lampu jalan. Siapa yang tidak menyukainya? Ada sekelompok orang yang tidak menyukai lampu jalan, mereka ialah para astronom. Cahaya dari lampu jalan membuat mereka sulit untuk melihat bintang-bintang. Perencana kota juga tidak menyukai lampu jalan, yang mana merupakan tiang lampu jalan lama yang tidak dapat terhubung ke internet dan dikendalikan untuk efisiensi dan suasana. Kabar baiknya, tiang lampu jalan LED 5G yang baru saat ini sedang diuji dan dirancang untuk menyelesaikan masalah yang dialami perencana kota dan bahkan mungkin juga bisa membantu masalah para astronom. Lalu apa ada alasan untuk tidak menyukai lampu jalan LED 5G? Bagaimana dengan mimisan, insomnia, kanker, masalah kesehatan mental, dan kemungkinan cacat lahir? Apakah lampu jalan 5G merupakan sebuah senjata yang berbahaya?

Lampu Jalan 5G Mungkin Menyebabkan Penyakit Misterius

Lampu Jalan 5G Mungkin Menyebabkan Penyakit Misterius

Mark Steele tinggal di kota Gateshead, di Inggris utara, yang merupakan lokasi uji untuk lampu jalan LED ini. Dia juga mengaku sebagai anggota IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) dan berpengetahuan luas tentang apa yang mungkin menyebabkan penyakit aneh ini di Gateway. Dalam pendapatnya yang sederhana namun berpengalaman ini, warga Gateway yang baik ini dibombardir oleh radiasi 5G yang dipancarkan dari lampu jalan dan menara yang mengontrol komunikasi nirkabel yang digunakan untuk memanipulasi lampu jalan. Setelah mengetahui bahwa tetangganya melaporkan sejumlah kasus mimisan, kasus kanker, dan kasus lain yang lebih buruk, Steele percaya bahwa masyarakat sedang dimanipulasi oleh pemerintah lokal dan para pebisnis.

Ahli pencahayaan mengatakan 5G adalah masa depan penerangan jalan. Dengan melengkapi tiang lampu jalan dengan sensor dan peralatan komunikasi, kota dapat mengukur lalu lintas, parkir, kebisingan, kepadatan, polusi, cuaca dan kondisi lainnya dan mengatur intensitas pencahayaan sesuai jadwal atau di saat saat memang sedang dibutuhkan. Pejabat kota menyukai gagasan itu karena komunikasi nirkabel menghilangkan kebutuhan akan penggalian, konstruksi, dan perbaikan yang mahal.

Dewan kota Gateshead membantah telah menggunakan teknologi jaringan 5G dan telah berurusan dengan Steele dan para pengunjuk rasa lain yang awalnya mulai mengeluh bahwa burung dan serangga mulai terbang menghilang dari pohon dan halaman mereka segera setelah menara dan tiang lampu jalan dipasang. Para pengunjuk rasa merujuk pada seorang Profesor Ulrich Warnke, dari University of Saarland, yang berkata dalam sebuah wawancara dengan Daily Mail bahwa radiasi EMF dari lampu jalan LED “menyebabkan gangguan pada sistem nitrogen monoksida tubuh, yang menjaga sel-sel tetap sehat dan mengendalikan ekspresi gen.” Dan mereka merujuk ke Akademi Eropa untuk Perbaikan Lingkungan, yang mengatakan bahawa radiasi EMF terkait dengan kanker dan insomnia.

Dewan kota Gateshead mengklaim bahwa lampu jalan mereka tidak menggunakan teknologi jaringan 5G tetapi sistem manajemen pusat nirkabel yang berbeda buatan Harvard Technology yang berbasis di Leeds bernama LeafNut, yang menurut mereka telah ada selama 10 tahun dan telah diuji dengan baik untuk keamanan. Meskipun demikian, Steele mengklaim peralatannya sendiri menunjukkan bahwa pemancar lokal beroperasi pada 868 – 870 MHz. Ini adalah spektrum dari jaringan 5G.

Apapun yang sebenarnya terjadi di kota Gateshead, sebaiknya menjadi perhatian kita semua. Teknologi yang kita kembangkan terkadang hanya menguntungkan satu sisi saja, tetapi di sisi lain teknologi justru merugikan diri kita sendiri. Dalam menerapkan teknologi baru, sebaiknya kita melakukan pengujian dengan benar lebih dulu agar produk tersebut benar-benar aman untuk digunakan di ruang publik.

Bagikan MUHRID di Facebook Bagikan MUHRID di Google+